Menanggapi cerpen

BAB : Hari-hari Patah dan Kalah
Judul : Mengumpulkan Keberanian

Dari cerpen yang berjudul “Mengumpulkan Keberanian” karya Boy Candra tersebut, saya sangat setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh tokoh aku yang memilih membunuh paksa perasaannya. Mencintai sepihak dan menunggu seseorang yang entah kapan datangnya memang terasa menyesakkan. Apabila berhenti berjuang masih belum sanggup, namun jika terus bertahan akan menyiksa dan melukai diri sendiri. Serba salah. 
Perihal mencintai memang perlu mendapatkan reaksi atau balasan positif dari objek yang kita cintai. Bukan karena tidak ikhlas mencintai sendirian. Akan tetapi, agar rasa yang kian menggebu selalu tumbuh subur dan tak mengenal sakit. Apapun, akan selalu sampai di titik  membosankan, meski begitu bisa saja hal itu dikendalikan sehingga mengurangi kadar kebosanan. Namun, jika tentang cinta kepada manusia, pengendalian itu tidak selalu berumur panjang. Sebab apabila si yang mencintai berjuang secara tunggal, sementara si yang dicintai  lebih memilih tanggal dan bahkan tidak menggubris sedikitpun perjuangan si yang mencintai. Apalah arti sebuah pengendalian? Percuma.
Cinta yang tak terbalas seringkali membuat si pemilik rasa lelah dikemudian hari. Segala daya dan upaya yang dia kerahkan tidak pernah membuahkan hasil. Beruntung jika dia masih menyisakan cinta untuk dirinya sendiri. Karena dengan begitu dia tau apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan batinnya. Membunuh paksa rasa itu dan menenangkan hati yang sebenarnya belum rela jika si rasa dibunuh oleh pemiliknya sendiri. Dalam situasi seperti itu, logika memang harus sedikit tegas pada hati. Semuanya demi ketenangan dan kesembuhan si pemilik rasa. Dia sudah cukup lelah diperbudak rasa cinta yang tak terbalas. Semakin rasa itu dimanja semakin menyiksa diri. Dia tidak menuai bahagia dari apa yang sudah ditanam, jadi untuk apa dipertahankan hidup?. Si pemilik rasa berhak mencari, menemukan, dan mendapatkan kebahagiaan dari manusia lain yang lebih menghargai perasaannya. Terus menunggu dia yang tidak pernah menawari kebahagiaan akan membuat waktu yang terus berputar terbuang sia-sia tanpa hasil pasti. Awalnya memang terasa sulit untuk mengakhiri perjuangan dan penantian yang entah sudah berlangsung berapa lama. Akan tetapi, semuanya hanya soal waktu. Kita hanya perlu berani mulai untuk bisa, perlahan tapi pasti, dan terus konsisten tanpa ragu. Dengan berani memulai kemudian menjadi bisa maka pada akhirnya akan terbiasa dan tidak ada keterpaksaan.Tidak mengapa jika kamu bisa memulai dengan cara merangkak, yang terpenting kamu konsisten dan fokus. Ingat, lakukan semuanya demi ketenangan dan kesembuhan hatimu. Tidak perlu menghalu bahwa dia akan menyesal karena telah menelantarkan cinta yang kamu beri kemudian memintamu kembali memberi cinta seperti sebelumnya. Semuanya telah terlambat, manusia memang sering ceroboh seperti itu, baru menyadari jika sudah kehilangan. Biarkan dia memetik pelajaran akibat dari ketidakpedulian dia terhadap perasaanmu.
Ya, kamu selamat jika masih menyisakan cinta untuk dirimu sendiri. Lalu bagaimana jika pemilik rasa sudah tidak menyisakan cinta untuk dirinya sendiri? seluruh cinta yang dia punya sudah diberikan pada orang yang telah menyepelekan, tidak memperdulikan, dan tidak membalas perasaannya? Tidak ada harapan sembuh untuk patah hatinya. Dia keras kepala dan terlalu baik menyerahkan seluruh cintanya pada orang yang salah. Tidak ada ketenangan dan kesembuhan yang dia dapatkan. Sebab tidak ada cinta untuk dirinya sendiri, dia memaksakan raga dan batinnya terus-terusan berjuang mendapatkan balasan perasaan yang mustahil terbalas. Bodoh, mengemis cinta dan mengorbankan kesehatan hati sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

365/365

PENTIGRAF : Surat Keputusan

Random