FEATURE: Berguru pada Brainly dan Mengemis Uang Saku disaat Pandemi

      Hadirnya tugas-tugas sekolah yang menumpuk sudah sampai dititik melelahkan siswa SD. Brainly lebih diprioritaskan, kemudian bermain ditemani uang saku adalah pelarian terbaik setelah mengerjakan tugas.


       Sudah berbulan-bulan terakhir ini kehadiran makhluk mungil tak kasat mata memang sangat menggemparkan penjuru dunia. Mampu sekali makhluk yang tidak sesempurna manusia itu melemahkan sendi-sendi kehidupan. Khususnya dalam hal dunia pendidikan, sekolah dan kampus terpaksa melakukan pembelajaran jarak jauh atau biasa disebut secara daring. Pembelajaran secara daring seringkali mengundang penurunan semangat belajar sebab adanya hadiah tugas bejibun dari sang guru tanpa tanda jasa.
       Sebut saja sikecil Ria yang seharusnya sudah tak pantas diberi gelar anak kecil karena posisinya yang sudah kelas 5 SD. Setiap harinya dia tidak pernah terlepas dari jeratan tugas-tugas sekolahnya. Hampir setiap malam dan pagi bolpoin, buku, serta  gadget selalu setia berada digenggaman tangan kecilnya. Buku paket yang dipinjamkan sekolah secara gratis tidak lagi menarik minat tangannya untuk sekedar membuka buku-buku itu. Sangat bertolak belakang dengan keadaan sebelum pandemi dimana ia rajin sekali menyapa buku-buku paket sekolahnya. Saat ini, brainly dalam google adalah jalan ninja utama yang dia pilih untuk menyelesaikan tugas suci nan mulia dari sang guru. 
      Usai tereksekusi tugas itu dipotret dengan hp android bututnya kemudian disetorlah ke salah satu kontak guru dalam dunia maya berjenis whatsapp. Setelah beban tugas berkurang saatnya dia menjelajah rumah teman-temannya, tak lupa juga terlebih dahulu mengemis uang saku bermain pada ibunya. Nasi putih dalam magicom ibunya menangis tak terdengar setelah mendengar percakapan Ria dengan ibunya mengenai uang saku. Karena itu  artinya Ria tidak akan menyantapnya dengan antusias seperti biasanya. Ciki-ciki yang dibeli dari uang sakunya tadi sudah pasti terlebih dahulu mengisi perut si Ria.
       Beberapa saat kemudian, Ria kembali ke rumah dengan maksud mengemis kembali. Ibunya marah besar karena dia mengabaikan nasi dan malah sering mengadopsi jajan diluar. Sudah tiga kali jatah uang saku Cuma-Cuma yang dia dapat hari ini, sekarang malah mengemis lagi. Saat itu, nasi dalam magicom bahagia mendengar semprotan amarah ibunya Ria kepada Ria. Semenjak sekolah secara daring si Ria lebih sering pulang main pulang main dan banyak menghabiskan uang jajan. Selain itu, dia seringkali tak menghiraukan masakan ibunya. Tak heran jika dia sering mendapat suguhan omelan dari ibunya. Pandemi ini selain membuat semangat belajarnya menurun juga membuatnya boros jajan. 

Oleh: Nurul Izzatul Fitriyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

365/365

KETIDAK EFEKTIFAN PEMBELAJARAN SECARA DARING

Insan Tanpa Tanda Jasa